Judul
asli : The Subtle Art
Not Giving A F*uck
Judul : Sebuah Seni Untuk
Bersikap Bodo Amat
Penulis : Mark Manson
Alih
Bahasa : F. Wicaksono
Tahunn
Terbit : 2018
Halaman
Buku : 246 halaman
The Subtle Art Of Not Giving A F*uck adalah buku yang menceritakan Charles Bukowski seorang pecandu alcohol, senang main perempuan, pejudi kronis, kasar, kikir, tukang utang dan, hari-hari terburuknya, seorang penyair. Bukowski bercita-cita menjadi seorang penulis, namuin karya-nya selalu ditolak hampir setiap majala, sura kabar, jurnal, agen, dan penerbit yang pernah ia hubungi. Mereka mengatakan tulisanya sangat hancur, kasar, menjijiikan, tidak bermoral. Tumpukan surat penolakan bertambah tinggi, beban dari kegagalan tersebut mendorongnya kedalam depresi yang kian diperberat oleh alcohol,yang terus menghantui Sebagian besar hidupnya.
Buku The Subtle Art Of Not
Giving A F*uck akan membantu anda berfikir sedikit lebih jelas untuk memilih mana
yang harus diprioritaskan dan dianggap penting dalam kehidupan. Banyak hal yang
meghantui pikiran kita sebagai manusia sampai menarik kita untuk melakukan
sesuatu yang bukan diri kita. Karena saat kita percaya bahwa mengalami hal-hal
yang tidak mmenyenangkan itu sangat memalukan, secara tidak sadar kita
menyalahkan diri kita sendiri ada sesuatu yang salah dalam diri kita, yang
menggerakan kita kesuatu kompensasi yang fatal, seperti membeli 40 pasang
sepatu atau menenggak xanax (obat penghilang rasa sakit) dengan vodka
chaser (cairan yang diminum setelah vodka) di suatu malam.
Sungguh dunia yang sangat
keparat “Lingkaran Setan” yang mulai mengambil alih peradaban kita. Oleh sebab
itu mengapa kita harus memiliki sikap cuek dan masa bodoh.
Inilah mengapa, sikap cuek dan
masa bodoh diperlukan untuk menyaring mana yang penting dan apa yang tidak
penting. Ini cara yang sederhana untuk mengembalikan ekspektasi hidup kita yang
lebih baik dari dunia yang keparat ini.
Jadi apa arti dari masa bodoh
disini? Keparat kah? Atau apa yang dimaksud dengan masa bodoh amat tersebut?
Mari kita lihat tiga “seni” yang dapat menjernihkan perkara ini:
Seni #1: Masa bodoh
bukan berarti menjadi acuh tak acuh; masa bodoh berarti nyaman saat menjadi
berbeda.
Mari kita saling mencerahkah.
Sungguh tidak ada yang harus di kagumi dan diamini dalam sikap acuh tak acuh.
Orang yang acuh tak acuh adalah mereka yang minim empati dan ciut hatinya.
Mereka tergolong orang yang malas untuk bergerak dan “tukang usil”. Mereka sangat
payah menjadi manusia, mereka hanya bersembunyi di balik sarkasme dan kritik
pedas untuk melukai hati seseorang. Seni pertama, menjelasakah bahwa anda tidak
akan bisa menjadi sosok yang penting dan mengubah hidup beberapa orang, tanpa
menjadi bahan candaan dan tertawaan bagi orang lain terlebih dahulu. Tidak akan
bisa. Karena tidak ada yang sempurna, tidak ada yang bisa menghindari
kesulitan. Ada sebuah ungkapan “kemanapun kamu pergi, disitulah dirimu”. Hal
yang sama juga berlaku untuk kesulitan dan kegagalan. Pada dasarnya seni
pertama ini adalah, masa bodoh kemanapun anda pergi, aka nada kesulitan
yang menanti anda di depan sana. Dan itu tidak apa-apa. Intinya disini adalah,
masa bodoh terhadap halangan dan rintangan yang kita hadapi, dan selanjutnya
menikmati setiap permasalahan itu, karena setiap tujuan besar pasti akan ada
cobaan dan rintangan yang harus dihadapi.
Seni #2: Untuk bisa
mengatakan “bodo amat” pada kesulitan, pertama-tama anda harus peduli terhadap
sesuatu yang jauh lebih penting dari kesulitan.
Saya pernah mendengar seorang
seniman mengatakan bahwa ketika seseorang tidak memiliki maslah, maka secara
otomatis pikiran anda akan menemukan cara untuk menciptakan suatu masalah. Seni
kedua ini memperjelas bahwa mana hal-hal yang penting dan bermakna dalam
kehidupan anda. Mungkin mencari cara yang paling produktif untuk memanfaatkan
waktu dan tenaga anda. Karena jika anda tidak menemukan sesuatu yang penuh
arti, perhatian anda akan tercurah untuk hal-hal yang tanpa makna dan hal-hal
sepele.
Seni #3: Entah anda
sadari atau tidak, anda selalu memilih suatu hal untuk diperhatikan.
Seiring bertambahnya usia dari
balia sampe paruh baya, kita semakin selektif terhadap perhatianyang rela kita
berikan. Inilah sesuatu yang kita sebut kedewasaan. Hidup berjalan apa adanya.
Jadi, sekarang ini kita bisa menyederhanakan perhatian utuk yang lebih penting
dan layak untuk hidup kita: Keluarga kita, teman-teman terbaik kita, dan motor
beat kita. Walaupun terlihat sederhana, ini dapat membuat kita tetap sangat bahagia.
Dan kita mulai berfikir, mungkin apa yang dikatakan Bukowski, pecandu alcohol
yang gila itu memang benar adanya. Jangan berusaha.
Mencari dan mempioritaskan
suatu hal yang lebih bermakna dalam hidup kita untuk hidup yang lebih baik.
Itulah masa bodoh. Selain itu, Kita juga harus belajar peduli terhadap sesuatu
yang lebih penting dari kesulitan yang terjadi, temukan beberapa yang paling
bermakna dan fokus mengejar hal itu. Selektif dalam memberikan perhatian kepada
permasalahan yang terjadi akan membuat kita lebih bahagia dan tidak mudah
bersedih akibat permasalahan yang terjadi.
Masa Bodoh Terhadap
Nilai-Nilai Sampah
Kenikmatan, kesuksesan
materil, selalu benar, dan tetap positif.adalah nilai-nilai sampah.
Kita selalu berfikir cemas terhadap akibat bukan sebab.
Semakin kuat anda berusaha
merasa lebih baik, anda akan merasa semakin tidak puas, karena mengejar sesuatu
hanya akan meneguhkan fakta bahwa pertama-tama anda tidak baik. Ini yang di
sebut hukum kebalikan.
Mark memberikan contoh tentang
seseorang yang mati-matian berusaha ingin kaya, sesungguhnya ia akan merasa
miskin dan tidak berharga, terlepas dari penghasilan anda sesungguhnya.
Hasrat untuk mengejar semakin
banyak penglaman positif sesungguhnya itu pengalaman negatif. Sebaliknya,
secara paradoksal, penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru
merupakan sebuah pengalaman positif.
Filsuf eksistensialisme Albert
Camus menyatakan bahwa; Anda tidak akan pernah bahagia jika anda terus mencari
apa yang terkandung di dalam kebahagiaan, anda tidak akan pernah hidup jika
terus mencari arti kehidupan. Dengan kata lain: Jangan berusaha.
Banyak orang yang ingin
mendapatkan kesuksesan namun sesungguhnya mereka tidak benar-benar
menginginkannya karena mereka tidak mau berusaha untuk menahan kesakitan atau
derita. Dan kenyataannya jalan setapak menuju kebahagiaan adalah jalan yang
penuh tangisan dan rasa malu.
Kutipan-kutipan mark Manson
Kita
selalu menjatuhkan pilihan, entah kita sadari atau tidak selalu
Hidup adalah sebuah pilihan.
Dan penyataan di atas merupakan kenyataan bahwa tidak ada yang namanya tidak
peduli. Sejatinya tidak peduli tentang apa pun adalah bentuk kepedulian
terhadap sesuatu.
Ketakutan
akan kematian menandakan ketakutan akan kehidupan. Seseorang yang hidup secara
paripurna, siap mati kapan saja
Dalam kutipan tersebut ada
nilai yang bisa kita ambil untuk lebih berani dalam mengambil resiko atau
tantangan yang akan kitahadapi dalam kehidupan. Ketakutan akan kematian adalah
manusiawi. Secara tidak langsung kutipan diatas mengajak kita untuk mengingat
kematian, supaya kita lebih berani menghadapi ketakutan-ketakutan ketidak
pastian dalam hidup.
Buku The Subtle Art Of Not Giving A F*uck; sangat menarit dari judul buku saja sudah menarik, tidak terlalu tebal
bisa di baca sekali buka dan isinya mengulas kisah nyata. Buku ini berbeda
dengan buku self improvement pada umumnya yang akan kita dapati tips-tips
sukses, tips bahaagia dan motivasi-motivasi blablabla. Ketika kalian membaca
buku ini kalain akan terbawa suasana proses kehidupan mark dalam menghadapi keparatnya
dunia. Kita seolah di tampar oleh pertanyan-pertanyaan yang bukan “apa mimpi
besar anda” tetapi kalian akan dihadapkan oleh pertanyaan-pertanyaan “Jangan
berusaha!”, “Anda tidak istimewa”, “Kebahagiaan itu masalah”, “Nilai-nilai
sampah” dan sebagainya. Walaupun seperti itu kita bisa dibuat tertawa atau
bahkan menangis saat membacanya tergantung penghayataan kalian.
Mark Manson mempercayai filsuf
Alan Watts tentang hukum kebalikan karena di setiap bagian dilengkapi
dengan kasus nyata tokoh- tokoh inspiratif yang banyak dikenal atau perumpamaan
yang memaksa kita untuk sepemikiran dengannya. hal itu membuat maksud yang
ingin penulis sampaikan lebih mudah dipahami. Sangat inspiratif untuk membuka
paradigma pemikiran mainstream yang terlalu bersifat mimpi.
Buku ini tidak diperuntukan
anak-anak karena Mark menggunakan gaya Bahasa yang memang terkesan kurang sopan
dan sedikit kasar tidak sepatutnya dibaca oleh anak-anak. Buku ini membhas
tentang kehidupan orang dewasa yang cukup kompleks. Buku ini cocok untuk dibaca
oleh orang yang baper (terlalu memikirkan apa kata orang lain), takut salah,
takut menjalani hidup, khawatir berlebihan, takut menghadapi ketidakpastian.
Buku ini membantu melihat sebuah masalah dari sudut pandang yang berbeda.
5 Hal penting yang bisa kita ambil
dari buku The Subtle Art Of Not Giving A F*uck
1. Kita berhak untuk bahagia
2. Terlalu fokus terhadap hal yang semestinya bisa
kita abaikan
3. Memprioritaskan layak dipedulikan dan
diinginkan
4. Fokus pada hal yang lebih penting
5. Semua akan baik-baik dengan kita masa bodoh.
Akhir kata, “Dalam hidup ini,
kita hanya punya kepedulian dalam jumlah yang terbatas. Mangkanya, anda harus
bijaksana dalam menentukan kepedulian anda.” Buku ini merupakan tamparan di wajah
yang menyegarkan untuk kita semua. Supaya kita bisa menjalani kehidupan yang
lebih memuaskan, dan apa adanya.
"Kata-kata tidak bisa
mengungkapkan lebih dari sepenggal kecil pengetahuan manusia, karena apa yang
bisa kita katakan dan pikirkan selalu jauh lebih sedikit daripada apa yang kita
alami"- Alan Watts
Komentar
Posting Komentar