Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Koleksi Humor Gus Dur (Orang buta kok dipilih jadi Presiden)

Koleksi humor Gus Dur di tulis oleh Guntur Wiguna dan di terbitkan pada tahun 2010. “Tiada kemajuan yang mungkin dicapai dalam kemanusiaan tanpa kemampuan menertawakan diri sendiri” – Milan Kundera Siapa yang tak kenal dengan presiden ke-empat kita salah satu tokoh besar di negeri ini yang dengan berhaja bisa menertawakan dirinya sendiri, dia pastilah Gus Dur.   Tahukah anda bahwa Gus Dur telah lucu sejak lahir? Bagaimana tidak, ia memiliki dua versi tanggal llahir yang berbeda. Ia lahir pada hari ke-4 dan bulan ke-8 kalender Islam tahun 1940 di Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Terdapat kepercayaan bahwa ia lahir tanggaal 4 Agustus 1940, tapi kalender yang digunakan untuk menandai hari kelahirannya adalah kalender islam yang berarti ia lahir pada Sya’ban, yang sama dengan 7 September 1940. Jika anda searching tentang biodata Gus Dur di internet, anda akan menemukan dua versi berbeda. Ada yang menyebutkan tanggal lahirnya 4 Agustus 1940, dan ada pula yang menuliskan 7 September 1940

RESENSI BUKU THE SUBTLE ART OF NOT GIVING A F*UCK (SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT)

Judul asli                   : The Subtle Art Not Giving A F*uck Judul                          : Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat Penulis                       : Mark Manson Alih Bahasa               : F. Wicaksono Tahunn Terbit             : 2018 Halaman Buku           : 246 halaman The Subtle Art Of Not Giving A F*uck adalah buku yang menceritakan Charles Bukowski seorang pecandu alcohol, senang main perempuan, pejudi kronis, kasar, kikir, tukang utang dan, hari-hari terburuknya, seorang penyair. Bukowski bercita-cita menjadi seorang penulis, namuin karya-nya selalu ditolak hampir setiap majala, sura kabar, jurnal, agen, dan penerbit yang pernah ia hubungi. Mereka mengatakan tulisanya sangat hancur, kasar, menjijiikan, tidak bermoral. Tumpukan surat penolakan bertambah tinggi, beban dari kegagalan tersebut mendorongnya kedalam depresi yang kian diperberat oleh alcohol,yang terus menghantui Sebagian besar hidupnya. Buku The Subtle Art Of Not Giving A F*uck akan memb

Review Novel Almond - Sohn Won-Pyung Anak Laki-laki Tanpa Perasaan [Alexithimia]

Novel ini adalah novel terbitan Korea yang sudah di terjemahkan kedalam bahasa Inggris dan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia pada tahun 2019. Salah satu ceita novel kisah nyata yang di tulis oleh Sohn won Pyung dan sekaligus novel yang menggambarkan penyakit kejiwaan yang disebut dalam psikogi adalah alexitimia. Menyelami dari awal sampai akhir halaman, novel ini sangat menarik untuk dibaca dan di rasakan alur ceritanya. Saya sebagai penikmat novel saya sangat meromendasikan novel ini untuk kalian yang penikmat novel maupun bukan. Novel Almond menceritakan tentang seseorang anak laki-laki yang bernama Yoonjae yang tidak bisa merasakan emosi seperti kebahagiaan, marah, kesedihan, kes enangan, cinta, kebencian, dan keinginan penyakit ini disebut Alextimia. Ketidakmampuan ini menjadikan Yoonjae dicap 'monster' dan 'orang aneh' karena tidak memiliki rasa emosional, bahkan ketika dipukuli hingga babak belur maupun ketika melihat insiden mengerikan yang menimpa ke

SUGENG RIADI

  Selamat membaca di blog saya. Saya Sugeng Riadi, seoarang manusia biasa yang tidak spiceal apa lagi menarik. Walaupun demikian saya mempunyai impian besar dalam hidup saya. Saya yang selalu mecoba mewujudkan impian-impian besar itu. Maka, demi mewujudkan impian tesebut saya selalu mencari cara untuk menggapainya. Dengan membaca dan menulis menurut saya adalah salah satu cara untuk menggapainya. Saya membuat blog ini untuk membahas berbagai review dari berbagai buku, novel, motivasi, ekonomi, isu-isu terbaru dll. yang menurut saya menarik dan pastinya yang sudah pernah saya baca. Bukan hanya meriview saja, terkadang saya suka membuat cerita-cerita fiksi/nyata yang sedang terjadi di dalam kehidupan saya atau yang sedang saya fikirkan. Dengan itu, saya tuangkan di kertas-kertas putih sesua dengan isi hati saya dan kepala saya. Karena dengan menulis menurut saya apa yang kita rasakan, apa yang kita fikirkan tidak akan pernah hilang di makan zaman. Sugeng Riadi, 01 Februari 1998